Jumat, 02 November 2018

Tetep Antep Mantep

    Hi Everyone, welcome back to Ninuland...
    Dipostingan kali ini, kita masih membahas mengenai bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Seorang tokoh dengan banyak filosofi kehidupan yang dimilikinya. Berdasarkan kajian yang diberikan bapak Moh. Aniq, saya mendapat informasi mengenai ajaran-ajaran pendidikan yang dapat kita jadikan pedoman. Ajaran-ajaran (Fatwa) tersebut adalah:

  1. Tetep, Antep, Mantep
  2. Momong, Among, Ngemong
  3. Ngandel, Khandel, Kendhel, Bandel
  4. Ning, Nang, Neng, Nung
    Pada kesempatan kali ini kita akan berbicara mengenai "Tetep, Antep, Mantep".  Tiga kata tersebut merupakan prinsip yang penting serta harus dimiliki dan diterapkan dalam dunia pendidikan. Ketiga prinsip tersebut ketika disatukan akan dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Berikut uraian dari ajaran "Tetep, Antep, Mantep".
    Tetep. Mengandung maksud keteguhan pikiran yang kuat.  Hal tersebut perlu dimiliki setiap manusia, karena keteguhan pikiran yang kuat membuat apa yang diproduksi oleh pikiran lebih maksimal dan berbobot. Hal tersebut sangat tepat,  karena dengan hasil pemikiran yang berbobot akan menciptakan tindakan yang berkualitas. Begitu pula apabila kita menyampaikan pikiran tersebut kepada orang lain, hasil yang didapat akan berbobot pula. Oleh karena itu, prinsip Tetep sangat penting diterapkan dalam pendidikan, agar menciptakan pendidikan yang maksimal, berbobot dan berkualitas
    Antep. Mengandung maksud berisi dan kuat.  Apa yang ada dalam pendidikan harus berisi dan bermakna serta menjadi pedoman kuat dalam kehidupan manusia. Hal tersebut menandakan bahwa setiap manusia harus memiliki pikiran yang bermanfaat tidak hanya bagi dirinya tetapi bagi orang lain.
    Mantep. Mengandung maksud yakin. Apa yang diterapkan dalam pendidikan haruslah sudah mantap dan yakin, karena apabila pendidikan tidak mantap dan goyah maka akan sulit untuk mewujudkan tujuan yang ditentukan.  Kemantapan pikiran membuat seseorang yakin terhadap apa yang ia kerjakan sehingga memudahkan pencapaian tujuan yang diinginkan

Kamis, 18 Oktober 2018

Kesadaran Melihat Diri Sendiri Mengawali Kesadaran Pendidikan

Hi everyone, welcome back to ninuland.....
Assalamuallaikum semuanyaaa.
Dipostingan kali ini kita akan membahas tentang yang serius nih mengenai pengenalan diri. Materi ini didapat dari perkuliahan Filsafat Pendidikan oleh bapak Moh. Aniq, jadi langsung aja lets move on to the topic..


Jika minggu lalu kita membahas topik mengenai bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Sekarang masih berhubungan dengan beliau dan masih berkaitan dengan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia adalah titah tuhan yang terdiri dari raga kasar (jasmani) dan raga halus (rohani). Setiap manusia harus dapat memahami dan mengenal apa yang ada pada dirinya baru kemudian dia dapat mengenal Tuhannya.
Mengenal Tuhan artinya memahami diri sebagai mahluk ciptaan-Nya. Mengenal diri sendiri sebagai mahluk ciptaan Tuhan membuat kita dapat memahami hak dan kewajiban kita terhadap Tuhan. Dengan mengenali diri sendiri dan Tuhan, kita paham bahwa manusia memiliki hal istimewa yang diberikan Tuhan dan  tidak dimiliki orang lain yaitu otak untuk berpikir. Tugas manusia adalah untuk menggunakan dan menyeimbangakan otak untuk berpikir. Hal tersebut dapat diasah melalui pendidikan, sehingga munculah kesadaran terhadap pendidikan dalam diri manusia. Kesadaran pendidikan menjadi bukti bahwa kita sudah dapat mengenal diri sendiri dan Tuhan.

So sekian dulu pembahasan kali ini..

Kamis, 04 Oktober 2018

Think Globally, Act Locally



Assalamuallaikum...
Welcome back to NINULAND. Minggu ini kita akan ngobrol tentang Tokoh yang luar biasa yaitu Ki Hajar Dewantara. Simak ulasannya, dan komen yaah, bagaimana pendapatmu tentang Ki Hajar Dewantara.

Berpikir secara global berperilaku lokal, itulah yang dimiliki oleh tokoh-tokoh Indonesia yang mendunia, salah satunya yaitu Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara. Siapa yang tidak tau ketika nama itu disebut. Bapak Pendidikan, Taman Siswa, Trilogy kepemimpinan, dan banyak hal yang berkaitan dengan beliau. Hal itu menandakan Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh yang berpengaruh khususnya dalam bidang pendidikan.
Menurut Moh. Aniq KBH dalam kajian sore di Universitas PGRI Semarang, pendidikan nasional lahir dari rasa kemerdekaan. Hal tersebut yang menjadi titik balik Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang berpengaruh. Moh Aniq KBH juga menekankan mengenai rasa kemerdekaan, dimana rasa kemerdekaan itu adalah kesadaran untuk memahami batas-batas.
Manusia diciptakan dengan penuh keterbatasan dan berpikir tidak boleh memutlakan sesuatu yang terbatas serta mempunyai kesadaran kemerdekaan. Kesadaran kemerdekaan yang dimaksud yaitu :

  • ·         Memahami diri sendiri
  • ·         Tidak bergantung orang lain
  • ·         Dapat mengatur diri sendiri.

Ketiga hal tersebut juga sudah dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara, sehingga terciptalah Pendidikan Nasional Indonesia hingga saat ini.
Dalam implementasi Think Globally Act Locally, Ki Hajar Dewantara  menunjukannya dengan belajar dari masyarakat. Ya! kita tidak boleh menjudge masyarakat dengan kata ‘bodoh’, padahal ilmu yang dimiliki masyarakat sesungguhnya jauh lebih luas dan berdasarkan peristiwa nyata yang ada. Jadi yang dimaksud Think Globally Act Locally adalah kita belajar dari masyarakat lalu mengembangkannya secara global.
Jadi generasi milenial, apakah kalian sudah  Think Globally Act Locally?

Check juga pembahasan dari teman-teman yang lain yaah...
Aushof
Danang
Yuliana Puspitasari
Rista Karisma
Ivan Zhayoga
Anditasari
Riska Safitri
Farida Widyastutik
Ardian Pahlevi
Dwi Novita
Istikholah
Lisa Ariana Dewi
Intan Nurma P
Garda Perkasha
Dhita FS
Nidha Nur Latifah
Mas Amah Tul Islami
Nur Afidah
Hanif Faizah
Julian Indah
Melinda Pangestika
Mar'atush Sholichah MR
Putri Wahyuning
Ahmad Soleh
Nurul Khoimah
Ulfah Fitria Setiyani
Nurul Arrifah
Rischa Dwiarianti
Vita Fatimatu Z
Deodora Adestia
Anggita Nurohmah N
Estima Titi H
Ika Suryani S
Elisa
Nuril Iskarima
Desi Erviana
Tegar 

Jumat, 28 September 2018

Ganti 18 Nilai Karakter dengan 1 kata 'Religius'

welcome back to Ninuland!! Kembali lagi ke tugas perkuliahan, kali ini kita akan membahas tentang tugas perkuliahan Filsafat Pendidikan. Lets move on to the article ....


Seperti yang kita ketahui, kini dalam dunia pendidikan Indonesia sedang gencar-gencarnya menerapkan pendidikan karakter.  Pendidikan karakter tersebut dijabarkan menjadi 18 Nilai Karakter yang harus tercermin dalam setiap pembelajaran di Sekolah. 18 nilai karakter tersebut terdiri dari Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokrasi, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab.

18 Nilai Karakter yang dijabarkan, dirasa kurang simpel dan kurang dapat diaplikasikan dengan baik. Moh. Aniq dalam kajian sore Filsafat Pendidikan menyampaikan bahwa sejatinya 18 nilai yang dijabarkan itu sebetulnya merupakan cerminan dari nilai Religius. Bukankah jika kita berperilaku jujur sudah termasuk dalam sikap religius? Jika kita kembalikan, lalu apa itu religius? Religus adalah sikap dan perilaku yang taat/ patuh dalam menjalankan ajaran agam yang dipeluknya, dimana yang didalamnya terkkandung nilai-nilai lainnya seperti jujur, toleransi, disiplin dan sebagainya. Jadi, 18 nilai karakter yang kini sedang ‘digembar gemborkan’ sesungguhnya sudah tercermin dalam satu sikap Religius.

Saya setuju dengan apa yang disampaikan beliau, dimana sejatinya nilai-nilai yang dijabarkan sedemikian rupa cukup direpresentasikan dalam satu kata yaitu Religius. Seseorang yang memiliki sikap religius sudah pasti mengerti dan memahami untuk dapat bersikap jujur, disiplin, toleran, mandiri dan sebagainya. 
Namun, sejatinya entah dijabarkan atau tidak yang terpenting adalah penanaman nilai karakter melalui pendidikan diharapkan dapat diterapkan dengan baik sehingga dapat menciptakan masyarakat yang berkarater dan menciptakan negara yang berdaulat dan kuat. Sehingga tidak perlu lagi ada perpecahan karena perbedaan melainkan persatuan diatas perbedaan. 

Link Filsafat Pendidikan 7D
Ausof